Tim dari Universitas British Columbia di Kanada menyimpulkan bahwa pembohong justru sering dikhianati oleh sedikit gerakan kecil yang menyebabkan mereka tanpa sadar menaikkan alis mata saat mewakili ekspresi terkejut dan sedikit senyum.
Sementara mereka yang tidak bersalah, justru cenderung mengernyitkan alis sebagai “ekspresi tertekan” yang asli.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Evolution and Human Behaviour ini menyimpulkan bahwa hilangnya kontrol manusia terhadap ekspresi wajah mereka yang mewakili perasaan jujur bisa dibedakan dari emosi palsu.
Para psikolog mengatakan kebanyakan manusia bisa mengontrol otot wajah mereka di bagian bawah karena berfungsi untuk makan atau bicara, namun untuk bagian atas wajah biasanya sulit dimanipulasi dan bisa memunculkan perilaku tanpa sadar.
Pada Rabu (4/4), Dr Leanne ten Brinke, yang memimpin penelitian ini menyatakan bahwa temuan yang menyatakan usaha untuk menutupi emosi kita bisa gagal ketika berkaitan dengan sebuah “konsekuensi tindakan penipuan”.
“Riset kami memperlihatkan bahwa otot-otot wajah tidak sepenuhnya berada dalam kontrol kesadaran dan jenis otot tertentu cenderung mengkhianati para pembohong, terutama dalam situasi yang sangat emosional,” ujarnya pada The Daily Telegraph.
“Tanda-tanda wajah sangat penting, namun sering diabaikan. Tanda penipuan emosional cenderung terjadi ketika emosi di bawah sadar dari seorang pembohong berusaha ditutupi, namun terlalu kuat,” katanya.
Para periset menganalisa ekspresi wajah 52 orang – setengahnya kemudian terbukti telah berbohong – ketika mereka diminta membuat permohonan pengembalian kerabat mereka yang hilang yang kemudian direkam. Lebih dari 23 frame video dibandingkan dari kasus-kasus kehidupan nyata di Inggris, Amerika, Kanada, dan Australia.
Studi ini yang diberi judul “Darwin the Detective: Observable Facial Muscle Contractions Reveal Emotional High-Stakes Lies”, mengamati “kebocoran” emosional dari otot-otot orang-orang yang mereka temukan sangat sulit untuk dikontrol saat berada dalam situasi menegangkan.
Dr ten Brinke dari Centre for the Advancement of Psychological Science and Law (CAPSL) dari Universitas British Columbia mengatakan “kebocoran” ini adalah tanda emosi jujur karena tindakan tanpa sadar dari seseorang.
Tim ini menemukan bahwa sebuah “pemohon bohongan” menaikkan otot kening mereka, yang memberi ekspresi terkejut. Pembohon juga memiliki bertambahnya aktivitas “otot zygomatic utama” yang berlokasi di sekitar mulut, yang menyebabkan mereka secara tidak sengaja menaikkan bibir mereka menjadi senyuman.
Ekspresi ini dibandingkan dengan “pemohon sejati” yang mengaktifkan otot kening mereka dan “corrugator supercilli” yang berlokasi di antara alis, yang menyebabkan mereka berkernyit sebagai tanda “ekspresi tertekan” yang jujur.
Ketika temuan ini dipandang penting untuk menemukan pembohong, ia memperingatkan bahwa temuan ini tidak bisa dijadikan penentu kebohongan yang mutlak. “Tidak semua akan membocorkan emosi jujur mereka, dan beberapa orang lebih baik dari yang lain dalam mengadopsi wajah palsu, contohnya seorang psikopat,” ujar Dr ten Binke.
SENYUM & ALIS TIDAK DAPAT MENUTUPI KEBOHONGAN SESEORANG, TANDA-TANDA SEORANG PENIPU, Gerakan Wajah Tanda Orang Berbohong, Micro Expressive, Emosi Palsu Pembohong
0 comments:
Post a Comment