MANCHESTER CITY RAIH GELAR LIGA PREMIER INGGRIS 2011-2012 | Akhir Penantian City Setelah Empat Dekade Tanpa Gelar Liga Inggris. Akhir pekan ini menjadi momen tidak terlupakan bagi Manchester City. Penantian panjang selama lebih dari empat dekade menghasilkan prestasi gemilang. Musim ini, The Citizen menyandang status sebagai kampiun Premier League.
Kepastian ini mereka dapat lewat sebuah pertandingan menegangkan di partai puncak kontra Queens Park Rangers, Minggu 13 Mei 2012 kemarin. HEBOH VIDEO SEORANG IBU ASAL MALAYSIA PUKULI ANAKNYA BEREDAR DI YOU TUBE dan [FOTO+VIDEO] JENAZAH KORBAN 'TRAGEDI PESAWAT SUKHOI' DITEMUKAN | RAUT DUKA KELUARGA KORBAN JATUHNYA PESAWAT SUKHOI SUPER JET 100 DI GUNUNG SALAK
, 9 MEI 2012. Bak sebuah film aksi, kemenangan ManCity ditentukan di masa injury-time. Pertandingan yang diprediksi bakal mudah dilewati ManCity ternyata tidak seperti bayangan semula. Skenarionya mulai berubah saat QPR berhasil membalas gol Pablo Zabaleta melalui Djibril Cisse di menit 48 untuk menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Cerita semakin menarik menit 66 saat striker QPR, Jamie Mackie mencetak gol untuk membawa QPR berbalik unggul 2-1. Seisi Etihad Stadium langsung dilanda kecemasan luar biasa. Pasalnya, di waktu bersamaa, Manchester United masih memimpin 1-0 atas Sunderland di Stadium of Light.
Fans fanatik ManCity mengepalkan tangan sambil berdoa dalam hati. Dari pinggir lapangan, pelatih ManCity, Roberto Mancini gusar. Ia berpikir keras. Sebuah keputusan diambil juru taktik asal Italia itu. Ia mensubsitusi Garreth Barry dengan Edin Dzeko. Strateginya memasukkan Dzeko bisa dibaca. Menambah daya gedor timnya. Namun cara ini belum membuahkan hasil. ManCity masih buntu untuk kembali menyamakan kedudukan. Mancini yang melihat Carlos Tevez mulai frustasi memanggilnya keluar dan memasukkan Mario Balotelli. Ada sedikit angin segar. ManCity mulai bisa membuka celah rapatnya barisan pertahanan QPR lewat manuver Balotelli. Harapan pendukung The Citizen akhirnya terjawab di menit 90+2. Melalui sebuah sepak pojok, David Silva mengirim bola lambung yang berhasil disambar Dzeko. Memanfaatkan postur tubuh, Dzeko menanduk bola untuk merobek gawang QPR. Kedudukan 2-2 membakar semangat ManCity. Asa kembali menyala. Sadar kedudukan itu belum bisa membawa ManCity mengunci gelar, lantaran MU masih unggul 1-0 atas Sunderland, Sergio Aguero datang memenuhi ekspektasi ManCity musim ini. Penyerang mungil dari Argentina itu mencetak gol penentu lewat tendangan kerasnya di menit 90+4. Etihad Stadium seakan ingin runtuh menyambut gol ketiga Aguero. Dua gol ManCity di masa injury time membuat tim bertabur bintang itu mengalahkan MU dalam perburuan gelar. Klimaksnya, saat wasit Micheal Dean meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan. Sejurus kemudian, lautan pendukung ManCity turun ke lapangan mengekpresikan kebahagiaan. "Ini kemenangan luar biasa. Pemain patut mendapatkan pujian. Saya belum pernah mendapatkan pengalaman seperti ini. Luar biasa. Kami memiliki banyak peluang dan tidak pantas kalah. Ini musim luar biasa bagi kami dan suporter setelah 44 tahun. Musim yang gila! bahkan hingga menit terakhir," teriak Mancini. Di tempat terpisah, Sir Alex Ferguson angkat topi untuk sang tetangga yang berhasil merebut trofi Premier League dari tangan MU musim ini. Secara sportif, dia memberikan selamat untuk ManCity.
"Saya ingin menyampaikan, selamat kepada tetangga kami. Ini pencapaian fantastis bisa meraih kemenangan di Premier League. Ini liga paling sulit di dunia. Siapa pun pemenangnya, pantas mendapatkan hal itu (ucapan selamat)," ujar Ferguson dikutip dari Skysports. Akhir penantian panjang Keberhasilan ManCity ini sekaligus mengakhiri penantian panjang 44 tahun. Terakhir kali, ManCity merasakan euforia ini pada 1967-68. Saat itu, kompetisi Premier League masih bernama Football League. Identik dengan sekuel 2011-12 ini, mereka juga berhasil memaksa sang tetangga Manchester United bertekuk lutut. ManCity keluar sebagai juara mengemas 58 poin dari 42 pertandingan (saat itu kompetisi Premier League diikuti 22 tim) terpaut 2 angka dari MU yang berada di posisi runner-up mengemas 56 poin hasil dari 42 pertandingan. Bisa dibayangkan, betapa antusiasnya sang skipper, Vincent Kompany yang berhasil memimpin rekan-rekannya meraih gelar di era Premier League modern. Suka cita ManCity semakin istimewa karena produktivitas gol mereka lebih baik dari seterunya. Salah satu syarat untuk merebut trofi lambang supremasi sepakbola Inggris.
“Kami memimpikan hal ini sepanjang karier kami. Sekarang kami juara Premier League. Bisa melihat kebahagiaan fans suatu kehormatan bagi saya. Mereka membuat ini terjadi, luar biasa.” seru pemain asal Belgia tersebut. City beli gelar? Hasil akhir musim ini setidaknya mencuatkan pertanyaan besar. Apakah ManCity sukses membeli gelar? Sejak kedatangan Sheikh Mansour ke Etihad Stadium 2008 silam, investasi yang ditanamkannya memang tidak sedikit. Ia royal mengucurkan uang dalam nominal besar untuk mendapatkan pemain bidikan. Taipan Abu Dhabi itu bernafsu mengumpulkan pemain bintang. Geliat ManCity di bursa transfer selalu mendapat sorotan. Tim yang berbasis di Eastlands itu seakan tidak bermasalah dengan dana. Kemampuan finansial mereka seperti tanpa batas, membuat ManCity berkemilau. Daya beli ManCity sukses menarik perhatian pemain bintang tim papan atas Eropa. Berlimpah pemain dengan kualitas mumpuni membuat ManCity mulai diperhitungkan di jagat sepakbola Inggris dan Eropa. Memasuki musim 2011-12, ManCity menjadi tim dengan anggaran belanja pemain terbesar di Premier League. Jumlahnya mencapai €82 juta. Dengan nominal lebih dari 1 T, ManCity berhasil menggaet sejumlah pemain berkelas macam Sergio Aguero, Samir Nasri, dan Gael Clichy musim panas lalu. Skuad ManCity pun kian disesaki pemain bintang yang sebelumnya telah berkostum Manchester Biru seperti David Silva, Yaya Toure, Edin Dzeko, Mario Balotelli, dan Carlos Tevez. Bandingkan dengan MU yang menghabiskan uang belanja pemain sebesar €57 juta, atau €23 juta lebih sedikit dari ManCity. Di awal musim, MU hanya menambah tiga amunisi baru yaitu David De Gea, Phil Jones, dan Ashley Young. Mencermati komparasi tersebut, terlepas dari prespektif negatif tentang pertanyaan ManCity sukses membeli gelar, kenyataanya pemain bintang yang dimiliki ManCity memudahkan kerja sang pelatih menyusun tim inti 'impiannya' Teori ini pun diamini oleh Ferguson. Dengan catatan, Mancini mampu mengelola skuad dengan baik agar tetap tampil kompetitif."Tentu saja, Mancini memiliki keuntungan finansial besar. Tetapi Anda harus menempatkan tim di lapangan dan memilih pemain yang tepat." "Membuat semua orang merasa telah memainkan peran tidak-lah mudah dalam permainan modern. Memenangkan liga merupakan langkah besar untuk ke Mancini ke depan," ujarnya. Diganggu isu ketidakharmonisan Kendati bertabur bintang, bukan berarti Mancini bebas kendala. Faktnya, ia menghadapi rintangan besar menjaga konsentrasi timnya dari masalah non-teknis. Mancini sempat terlibat perseteruan dengan dua pemainnya, Carlos Tevez dan Mario Balotelli. Perseturuan antar Tevez dan Mancini paling banyak mendapat sorotan setelah sang pemain menolak diturunkan saat ManCity berhadapan dengan Bayern Munich di fase penyisihan grup Liga Champions. Walau berseteru, nyatanya Tevez tetap bagian integral ManCity. Berulang kali Tevez minta dilepas klub, tapi Mancini tidak mengizinkannya pergi. Pembicaraan dari hati ke hati, membuat Tevez akhirnya luluh dan bertahan.
"Dia masih terikat kontrak dan seorang pemain bagus. Tidak, saya tidak berpikir seperti itu (melepasnya). Ini merupakan situasi yang aneh dalam 6 bulan lalu. Saya berkata pada Tevez beberapa kali, meminta maaf, dan itu selesai. Tevez tak ingin meninggalkan klub," ujarnya kala itu Tidak hanya dengan Tevez, Mancini pun dilanda frustasi dengan ulah Balotelli yang kerap berbuat onar. Sudah tidak terhitung, berapa kali ia beradu argumen dengan mantan anak asuhnya di Inter Milan itu. Sempat terpikirkan, melepas Balotelli. Namun pelatih yang pernah memperkuat Lazio dan Sampdoria itu memberikan kesempatan dan memaafkannya. "Balotelli harus mengubah perilakunya. Saya senang dengan niatnya, namun jika mau bertahan dia harus mengubah sikap mental," katanya. Sekali lagi, Mancini mampu melewati sandungan besar untuk menuntun ManCity menjadi yang terbaik di Premier League. Ia sukses menyisihkan ego demi kepentingan yang lebih besar, yaitu menjaga keutuhan skuad. Pendekatan intrapersonal dengan pemainya mampu memberikan hawa positif di dalam tim. Selesai sudah pertarungan mendebarkan Premier League edisi 2011-12. 'Si tetangga berisik' keluar menjadi yang terbaik hingga menit terakhir. Kegaduhannya memaksa MU harus menangguhkan gelar ke-20 yang sudah di depan mata.
MANCHESTER CITY RAIH GELAR LIGA PREMIER INGGRIS 2011-2012 | Akhir Penantian City Setelah Empat Dekade Tanpa Gelar Liga Inggris, Aguero Penentu Kemenangan City Raih Gelar Liga Inggris 2011-2012, MU Tunda Gelar Yang Ke 20 Liga Inggris
, 9 MEI 2012. Bak sebuah film aksi, kemenangan ManCity ditentukan di masa injury-time. Pertandingan yang diprediksi bakal mudah dilewati ManCity ternyata tidak seperti bayangan semula. Skenarionya mulai berubah saat QPR berhasil membalas gol Pablo Zabaleta melalui Djibril Cisse di menit 48 untuk menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Cerita semakin menarik menit 66 saat striker QPR, Jamie Mackie mencetak gol untuk membawa QPR berbalik unggul 2-1. Seisi Etihad Stadium langsung dilanda kecemasan luar biasa. Pasalnya, di waktu bersamaa, Manchester United masih memimpin 1-0 atas Sunderland di Stadium of Light.
Fans fanatik ManCity mengepalkan tangan sambil berdoa dalam hati. Dari pinggir lapangan, pelatih ManCity, Roberto Mancini gusar. Ia berpikir keras. Sebuah keputusan diambil juru taktik asal Italia itu. Ia mensubsitusi Garreth Barry dengan Edin Dzeko. Strateginya memasukkan Dzeko bisa dibaca. Menambah daya gedor timnya. Namun cara ini belum membuahkan hasil. ManCity masih buntu untuk kembali menyamakan kedudukan. Mancini yang melihat Carlos Tevez mulai frustasi memanggilnya keluar dan memasukkan Mario Balotelli. Ada sedikit angin segar. ManCity mulai bisa membuka celah rapatnya barisan pertahanan QPR lewat manuver Balotelli. Harapan pendukung The Citizen akhirnya terjawab di menit 90+2. Melalui sebuah sepak pojok, David Silva mengirim bola lambung yang berhasil disambar Dzeko. Memanfaatkan postur tubuh, Dzeko menanduk bola untuk merobek gawang QPR. Kedudukan 2-2 membakar semangat ManCity. Asa kembali menyala. Sadar kedudukan itu belum bisa membawa ManCity mengunci gelar, lantaran MU masih unggul 1-0 atas Sunderland, Sergio Aguero datang memenuhi ekspektasi ManCity musim ini. Penyerang mungil dari Argentina itu mencetak gol penentu lewat tendangan kerasnya di menit 90+4. Etihad Stadium seakan ingin runtuh menyambut gol ketiga Aguero. Dua gol ManCity di masa injury time membuat tim bertabur bintang itu mengalahkan MU dalam perburuan gelar. Klimaksnya, saat wasit Micheal Dean meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan. Sejurus kemudian, lautan pendukung ManCity turun ke lapangan mengekpresikan kebahagiaan. "Ini kemenangan luar biasa. Pemain patut mendapatkan pujian. Saya belum pernah mendapatkan pengalaman seperti ini. Luar biasa. Kami memiliki banyak peluang dan tidak pantas kalah. Ini musim luar biasa bagi kami dan suporter setelah 44 tahun. Musim yang gila! bahkan hingga menit terakhir," teriak Mancini. Di tempat terpisah, Sir Alex Ferguson angkat topi untuk sang tetangga yang berhasil merebut trofi Premier League dari tangan MU musim ini. Secara sportif, dia memberikan selamat untuk ManCity.
"Saya ingin menyampaikan, selamat kepada tetangga kami. Ini pencapaian fantastis bisa meraih kemenangan di Premier League. Ini liga paling sulit di dunia. Siapa pun pemenangnya, pantas mendapatkan hal itu (ucapan selamat)," ujar Ferguson dikutip dari Skysports. Akhir penantian panjang Keberhasilan ManCity ini sekaligus mengakhiri penantian panjang 44 tahun. Terakhir kali, ManCity merasakan euforia ini pada 1967-68. Saat itu, kompetisi Premier League masih bernama Football League. Identik dengan sekuel 2011-12 ini, mereka juga berhasil memaksa sang tetangga Manchester United bertekuk lutut. ManCity keluar sebagai juara mengemas 58 poin dari 42 pertandingan (saat itu kompetisi Premier League diikuti 22 tim) terpaut 2 angka dari MU yang berada di posisi runner-up mengemas 56 poin hasil dari 42 pertandingan. Bisa dibayangkan, betapa antusiasnya sang skipper, Vincent Kompany yang berhasil memimpin rekan-rekannya meraih gelar di era Premier League modern. Suka cita ManCity semakin istimewa karena produktivitas gol mereka lebih baik dari seterunya. Salah satu syarat untuk merebut trofi lambang supremasi sepakbola Inggris.
“Kami memimpikan hal ini sepanjang karier kami. Sekarang kami juara Premier League. Bisa melihat kebahagiaan fans suatu kehormatan bagi saya. Mereka membuat ini terjadi, luar biasa.” seru pemain asal Belgia tersebut. City beli gelar? Hasil akhir musim ini setidaknya mencuatkan pertanyaan besar. Apakah ManCity sukses membeli gelar? Sejak kedatangan Sheikh Mansour ke Etihad Stadium 2008 silam, investasi yang ditanamkannya memang tidak sedikit. Ia royal mengucurkan uang dalam nominal besar untuk mendapatkan pemain bidikan. Taipan Abu Dhabi itu bernafsu mengumpulkan pemain bintang. Geliat ManCity di bursa transfer selalu mendapat sorotan. Tim yang berbasis di Eastlands itu seakan tidak bermasalah dengan dana. Kemampuan finansial mereka seperti tanpa batas, membuat ManCity berkemilau. Daya beli ManCity sukses menarik perhatian pemain bintang tim papan atas Eropa. Berlimpah pemain dengan kualitas mumpuni membuat ManCity mulai diperhitungkan di jagat sepakbola Inggris dan Eropa. Memasuki musim 2011-12, ManCity menjadi tim dengan anggaran belanja pemain terbesar di Premier League. Jumlahnya mencapai €82 juta. Dengan nominal lebih dari 1 T, ManCity berhasil menggaet sejumlah pemain berkelas macam Sergio Aguero, Samir Nasri, dan Gael Clichy musim panas lalu. Skuad ManCity pun kian disesaki pemain bintang yang sebelumnya telah berkostum Manchester Biru seperti David Silva, Yaya Toure, Edin Dzeko, Mario Balotelli, dan Carlos Tevez. Bandingkan dengan MU yang menghabiskan uang belanja pemain sebesar €57 juta, atau €23 juta lebih sedikit dari ManCity. Di awal musim, MU hanya menambah tiga amunisi baru yaitu David De Gea, Phil Jones, dan Ashley Young. Mencermati komparasi tersebut, terlepas dari prespektif negatif tentang pertanyaan ManCity sukses membeli gelar, kenyataanya pemain bintang yang dimiliki ManCity memudahkan kerja sang pelatih menyusun tim inti 'impiannya' Teori ini pun diamini oleh Ferguson. Dengan catatan, Mancini mampu mengelola skuad dengan baik agar tetap tampil kompetitif."Tentu saja, Mancini memiliki keuntungan finansial besar. Tetapi Anda harus menempatkan tim di lapangan dan memilih pemain yang tepat." "Membuat semua orang merasa telah memainkan peran tidak-lah mudah dalam permainan modern. Memenangkan liga merupakan langkah besar untuk ke Mancini ke depan," ujarnya. Diganggu isu ketidakharmonisan Kendati bertabur bintang, bukan berarti Mancini bebas kendala. Faktnya, ia menghadapi rintangan besar menjaga konsentrasi timnya dari masalah non-teknis. Mancini sempat terlibat perseteruan dengan dua pemainnya, Carlos Tevez dan Mario Balotelli. Perseturuan antar Tevez dan Mancini paling banyak mendapat sorotan setelah sang pemain menolak diturunkan saat ManCity berhadapan dengan Bayern Munich di fase penyisihan grup Liga Champions. Walau berseteru, nyatanya Tevez tetap bagian integral ManCity. Berulang kali Tevez minta dilepas klub, tapi Mancini tidak mengizinkannya pergi. Pembicaraan dari hati ke hati, membuat Tevez akhirnya luluh dan bertahan.
"Dia masih terikat kontrak dan seorang pemain bagus. Tidak, saya tidak berpikir seperti itu (melepasnya). Ini merupakan situasi yang aneh dalam 6 bulan lalu. Saya berkata pada Tevez beberapa kali, meminta maaf, dan itu selesai. Tevez tak ingin meninggalkan klub," ujarnya kala itu Tidak hanya dengan Tevez, Mancini pun dilanda frustasi dengan ulah Balotelli yang kerap berbuat onar. Sudah tidak terhitung, berapa kali ia beradu argumen dengan mantan anak asuhnya di Inter Milan itu. Sempat terpikirkan, melepas Balotelli. Namun pelatih yang pernah memperkuat Lazio dan Sampdoria itu memberikan kesempatan dan memaafkannya. "Balotelli harus mengubah perilakunya. Saya senang dengan niatnya, namun jika mau bertahan dia harus mengubah sikap mental," katanya. Sekali lagi, Mancini mampu melewati sandungan besar untuk menuntun ManCity menjadi yang terbaik di Premier League. Ia sukses menyisihkan ego demi kepentingan yang lebih besar, yaitu menjaga keutuhan skuad. Pendekatan intrapersonal dengan pemainya mampu memberikan hawa positif di dalam tim. Selesai sudah pertarungan mendebarkan Premier League edisi 2011-12. 'Si tetangga berisik' keluar menjadi yang terbaik hingga menit terakhir. Kegaduhannya memaksa MU harus menangguhkan gelar ke-20 yang sudah di depan mata.
MANCHESTER CITY RAIH GELAR LIGA PREMIER INGGRIS 2011-2012 | Akhir Penantian City Setelah Empat Dekade Tanpa Gelar Liga Inggris, Aguero Penentu Kemenangan City Raih Gelar Liga Inggris 2011-2012, MU Tunda Gelar Yang Ke 20 Liga Inggris
0 comments:
Post a Comment