Empat hari tiga malam, Tim SAR gabungan melakukan upaya pencarian dan evakuasi korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100. Medan yang berat dengan kemiringan sampai 85 derajat tidak menyurutkan semangat garda terdepan harapan keluarga korban tersebut untuk menjalani misi kemanusiaannya.
Kecuraman tebing di lokasi kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di lereng Gunung Salak, Jawa Barat, menyulitkan proses evakuasi korban. Personil tim SAR yang diterjunkan sebanyak 300 orang harus melakukan rappelling (teknik turun menggunakan tali). Hebatnya, teknik ini dilakukan para personil selama semalaman suntuk.
"Anggota tim sampai tidur bergelantungan pada tali sling karena panjangnya tidak sampai dasar. Untungnya mereka menyandang ransel yang menyimpan makanan dan minuman serta jas hujan. Jadi, mereka makan di situ, dan tidur di situ," tutur Panglima Kodam III/Siliwangi Mayor Jenderal Sonny Widjaja, Sabtu (12/5/2012) di Posko Utama Cipelang, Bogor, Jawa Barat.
Menurut Sonny, posisi bergelantungan itu berada di jarak 150 meter dari bibir jurang. Adapun kedalaman jurang itu disebutkan mencapai lebih dari 500 meter. Kecuraman tebing nyaris tegak lurus atau sekitar 85 derajat. Oleh karena itu, cara yang paling memungkinkan untuk mencapai titik tumbukan pesawat dengan tebing adalah turun dari bibir jurang menggunakan tali.
Sonny menuturkan, tambahan tali sling sudah sampai di sekitar lokasi kejadian pada Sabtu pagi. Tambahan tali sekitar 300 meter itu segera disambungkan ke untaian tali yang sudah ada sehingga diharapkan bisa mencapai dasar jurang.
Tidak hanya itu, kesulitan lainnya dalam evakuasi ini adalah lokasi pendaratan pesawat Superpuma yang digunakan untuk mengangkut jenazah para korban ke Bandara Halim Perdanakusuma. Pesawat jenis helikopter tersebut terpaksa harus mendarat di kedalaman 500 meter di antara tebing pegunungan.
Mohon bersabar
Juru Bicara Basarnas Gagah Prakoso, Sabtu (12/5/2012), menceritakan upaya yang dilakukan anggota Tim SAR tidaklah mudah. Tim pertama yang mencapai lokasi kecelakaan (crash site) bahkan terpaksa bermalam di dekat lokasi itu. Mereka mencapai lokasi kecelakaan setelah menempuh berbagai cara termasuk melakukan rock climbing untuk mencapai kemiringan tertentu.
Ada sekitar 8-10 anggota tim yang ada di situ. Stamina para anggota tim SAR pertama tersebut, kata Gagah, memang kian menurun. "Mereka bermalam berhari-hari di sana itu dengan medan yang sangat sulit kondisinya kian menurun. Jadi asupan stamina dan tenaga yang dikeluarkan tidak balance," kata Gagah.
Untuk mengatasi menipisnya perbekalan yang ada, lanjut Gagah, tim yang lain menyuplai perbekalan seperti air minum dan mie. Cara untuk menyuplai makanan ke sana pun kerap menemukan rintangan. "Kadang-kadang airnya pecah karena dilempar dari helibox," imbuhnya.
Bahkan, pernah upaya penyuplaian makanan melalui tali-temali dari helikopter, tetapi justru menganggu keseimbangan helikopter, sehingga tali terpaksa diputus.
Dengan upaya perjuangan itu, Gagah meminta masyarakat untuk bersabar. Segala upaya akan terus dilakukan tim SAR untuk mengevakuasi para korban. "Mereka dibekali kemampuan dan ilmu. Jadi jangan dikritik terus, karena lihat usahanya terus dilakukan," tandas Gagah.
KISAH 'HEROIK' TIM SAR EVAKUASI KORBAN PESAWAT SUKHOI DI LERENG GUNUNG SALAK 2012, Foto-foto Perjuangan Tim SAR Gabungan dalam Proses Evakuasi Korban Jatuhnya Pesawat Sukhoi, Pesawat Sukhoi Jatuh di Gunung Slak
0 comments:
Post a Comment