Anda merasa rajin menggosok gigi, tetapi mengapa gigi tidak terlihat bersih, gusinya mengalami abrasi, bahkan muncul lubang pada gigi geraham? Mengapa menggosok gigi tidak membantu gigi menjadi sehat, dan malahan merusaknya?
Sabar, jangan langsung menyalahkan aktivitas menggosok gigi. Jika gigi Anda malah berlubang, membusuk, dan mengakibatkan penyakit gusi, ada kemungkinan cara Anda menggosok gigi selama ini salah. Kenyataannya, menurut prosthodontist (pakar rekonstruksi dan estetika gigi) Dr Michael Lenchner, DDS, ada beberapa kesalahan umum yang dilakukan orang saat menggosok gigi, dan malah menyebabkan kerusakan gigi. Anda pernah melakukannya?
1. Tidak menggosok cukup lama
Menurut Lenchner, yang juga direktur di New York Dental Forum, sebaiknya kita menyikat gigi selama dua atau tiga menit. Kenyataannya, kebanyakan orang selalu terburu-buru saat menggosok gigi, entah karena ingin segera tidur atau segera beraktivitas. Hasilnya, sedikit sekali orang yang menggosok gigi selama itu. Meluangkan waktu untuk menggosok gigi dengan cermat akan membuat kita yakin bahwa sisa makanan yang terselip di antara gigi sudah benar-benar lenyap.
2. Tidak memerhatikan saat menggosok gigi
Pastikan Anda menggosok gigi sambil menatap cermin, untuk melihat bahwa sikat gigi telah menyentuh bagian-bagian yang harus dibersihkan. Banyak orang mengabaikan area pada garis gusi, padahal bagian inilah yang terpenting. Di situlah plak, tartar dan bakteri tumbuh dan berkembang bila gusi dan gigi tidak dijaga kebersihannya, menyebabkan gusi menjadi radang dan terinfeksi (gingivitis).
3. Teknik menggosoknya salah
Yang salah adalah jika Anda menggosok gigi secara menyamping, yang digambarkan Dr Lenchner seperti menggergaji pohon. Cara ini membuat Anda merusak enamel gigi, menyebabkan gigi retak dan rapuh. Yang benar adalah memegang sikat gigi sehingga bulu sikatnya berada pada sudut 45 derajat pada permukaan gigi, lalu sikat dalam putaran-putaran kecil. Fokuslah pada beberapa gigi dulu, lalu pindah ke kelompok gigi berikutnya, dari satu sisi ke sisi yang lain, atas dan bawah, depan dan belakang. Gigi geraham bisa disikat dalam alur garis lurus pada permukaannya. Setelah selesai, seka dari garis gusi untuk membersihkan plak dan bakteri. Lakukan pada bagian permukaan gigi bagian depan, belakang, atas dan bawah serta pada lidah.
4. Menyikat terlalu kuat
Enamel gigi bisa rusak ketika disikat terlalu kuat. Apalagi jika Anda punya kebiasaan menggertakkan gigi ketika tidur, hasilnya makin parah. Kebiasaan ini, ditambah dengan cara menyikat menyamping seperti disebutkan di atas, dapat menyebabkan lekukan di dekat garis gusi yang disebut lesi abfraksi. Bila tekanannya terus berlanjut, lesi bisa makin dalam ke dentin bagian dalam dan lapisan sementum (substansi yang melindungi akar gigi). Menyikat terlalu keras juga menyebabkan gusi sensitif, iritasi, dan resesi. Cara terbaik adalah menyikat gigi secara perlahan dan lembut selama 2-3 menit.
5. Pakai sikat yang salah
Pilih sikat gigi dengan bulu sikat yagn lembut, bahkan "ultrasoft" untuk mengurangi kerusakan. Bahkan bulu sikat yang lembut pun masih bisa menyebabkan abrasi (pengikisan gusi) jika digunakan dengan cara yang salah, kata Lenchner. Meskipun sikat gigi elektrik tidak populer di sini, namun sikat gigi jenis ini menurutnya bisa membantu Anda menjangkau tempat-tempat yang harus dibersihkan.
6. Tidak Mengganti Sikat Gigi Cukup Sering
Sikat gigi juga bisa menjadi tempat berkembang biak bakteri, termasuk streptokokus. Sikat gigi sebaiknya diganti setiap tiga bulan. Jika bulu sikatnya sudah tak beraturan, menekuk, atau awut-awutan, Anda bisa menggantinya lebih cepat. Bulu sikat memang bisa rusak, ujungnya bercabang, lalu bakteri menumpuk pada percabangan tersebut. Untuk mencegah pertumbuhan bakteri, bilas sikat gigi dengan air panas setelah digunakan dan biarkan kering seluruhnya.
7. Pakai pasta gigi yang kurang tepat
Pasta gigi yang mengandung baking soda baik untuk membersihkan noda, karena sifatnya yang abrasif. Namun itu artinya baking soda juga cukup keras untuk enamel, sehingga Lenchner tidak menyarankan untuk memakainya. Pasta gigi dengan pemutih, menurut Lenchner tidak akan membahayakan gigi, meskipun proses menjadi putih mungkin lebih lama.
8. Tidak menggunakan dental floss
Flossing perlu dilakukan untuk membersihkan sisa makanan yang tak terjangkau oleh sikat gigi. Lubang gigi biasanya terbentuk pada permukaan dimana dua gigi bersentuhan. Hal itu disebabkan bakteri terjebak di dalamnya, memakan gula dari partikel-partikel makanan, berkoloni, dan memproduksi senyawa kimia yang mengikis enamel gigi, hingga ke lapisan lunak dari dentin di bawahnya. Inilah yang kemudian menimbulkan gigi berlubang.
Cara memakai floss, lingkarkan di jari tengah masing-masing tangan Anda. Gunakan ibu jari dan telunjuk untuk menggerakkan floss di antara dua gigi. Jangan menggunakannya terlalu keras atau ke depan dan belakang, karena bisa melukai gusi. Lingkarkan floss di sekeliling satu gigi, lalu sapukan ke atas dan bawah untuk melonggarkan dan menyingkirkan plak.
9. Tidak membilas dengan bersih
Gigi yang sudah disikat dan di-floss dengan benar akan melepaskan plak yang mengandung bakteri dari permukaan gigi. Setelah itu, bilas dengan bersih untuk memastikan bakteri hilang selamanya. Gunakan obat kumur bebas alkohol atau yang menggunakan fluoride untuk menguatkan dan membentengi enamel gigi, serta mencegah gigi berlubang. Jika tidak ada obat kumur, berkumur dengan air saja sudah cukup, kok!
9 KESALAHAN UMUM MENGGOSOK GIGI YANG BIKIN GIGI RUSAK, Tips Mencegah Gigi Menjadi Rusak, Kesalahan Cara Sikat Gigi, Cara Sikat Gigi yang Benar, Cara Tepat Menyikat Gigi, Teknik Menggosok Gigi
0 comments:
Post a Comment