Sebenarnya ada banyak pertanyaan mengenai cairan ketuban. Apa fungsinya dan seberapa bahaya jika terjadi pecah dini atau pecah sebelum waktunya? Berbahayakan kondisi tersebut bagi ibu dan janin? Mengapa bisa terjadi dan bagaimana mengatasinya? Berikut penjelasan singkatnya mengenai cairan ajaib ini agar ibu hamil mendapatkan informasi yang jelas dan tepat:
Pengertian Ketuban
dr Riyana Kadarsari SpOG, mendefinisikan ketuban sebagai cairan yang bersifat memberikan nutrisi dan proteksi yang terdapat dalam kantong amnion. Cairan seperti air ini berasal dari plasma ibu dan melewati membran janin dengan tekanan osmotik dan hidrostatik. Setelah plasenta dan pembuluh darah janin terbentuk, cairan ini lewat melalui jaringan fetus, seperti melewati kulit. Setelah 20 minggu ketika terjadi keratinisasi kulit (suatu proses pembentukan lapisan keratin dari sel-sel yang membelah), jumlah cairan ketuban bergantung pada faktor-faktor yang memengaruhi sirkulasi cairan ketuban, misalnya urin janin.
“Awalnya cairan ketuban terdiri dari air dan elektronik, namun setelah 12-14 minggu akan berisi protein, lemak, fosfolipid dan urea yang membantu pertumbuhan janin,” ucap dokter yang berpraktik di RS Hermina Ciputat ini.
Volume Ketuban
Rupanya, volume ketuban meningkat seiring pertumbuhan janin.
“Dari 10-20 minggu jumlahnya meningkat dari 25 cc sampai 400 cc. Sebab usia 8 minggu, ginjal bayi berfungsi dan urin janin tampak dalam cairan. Lalu, jumlah cairan ketuban normal mencapai 1 liter pada usia 36 minggu dan menurun sampai 200 cc pada usia 42 minggu,” terang Riyana.
Fungsi Ketuban
Salah satu hal yang harus menjadi perhatian oleh BuMil ada jumlah air ketuban. Lantas, mengapa ketuban itu penting dalam kehamilan?
“Memberikan ruang agar tulang-tulang bayi berkembang dengan normal, membantu perkembangan paru-paru, juga menghindari terjadinya kompresi pada tali pusat janin,” paparnya menjelaskan.
Infeksi Penyebab Ketuban Pecah/Merembes
Ternyata, infeksi mesti diwaspadai oleh Ibu hamil. Riyana mengamini bahwa ketuban pecah atau merembes karena adanya kontraksi dari mulut rahim yang disebabkan infeksi. Penyebab paling sering infeksi dari vagina dengan gejala keputihan yang tidak normal (banyak, gatal, kuning kehijauan, bau amis), infeksi saluran kemih, infeksi di luar genital (infeksi gigi dan mulut).
“Infeksi akan merangsang pengeluaran mediator peradangan, memicu kontraksi, menginfeksi mulut rahim, lalu menjalar ke selaput ketuban (chorioamnionitis), sehingga selaput ketuban menipis dan mudah pecah ketika terjadi kontraksi. Bila ketuban pecah sebelum masuk fase aktif persalinan disebut ketuban pecah dini, maka jika lebih dari 24 jam akan menyebabkan infeksi pada bayi,” ungkap Alumnus FK-UI ini.
Apa yang harus dilakukan?
Segera periksakan diri ke dokter jika ibu mendapati ada tetesan atau cairan yang mengalir keluar dari vagina. Sebab pemerikasaan yang dilakukan oleh dokter akan menentukan Pemeriksaan apakah janin masih bisa tetap tinggal di dalam rahim atau sebaliknya. Umumnya setelah ketuban pecah, dokter akan memantau kondisi ibu dan janin. Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih, berarti keadaan janin masih baik sehingga ibu hamil bisa terus mempertahankan kehamilannya.
Berikut ini beberapa kondisi kehamilan dengan pengobatan yang berbeda:
1. Jika kehamilan kurang dari 38 minggu akan dilakukan metode konservatif. Ibu hamil diwajibkan istirahat, dibantu dengan pemberian obat-obatan yang tidak menimbulkan kontraksi, biasanya melalui infus.
2. Bila si bayi belum cukup besar, dokter akan memberikan obat-obatan untuk mematangkan paru-parunya agar jika terpaksa dilahirkan, janin sudah siap hidup di luar rahim ibunya. Kecuali itu, ibu pun akan diberi antibiotika untuk mencegah infeksi.
3. Ibu hamil harus bed rest untuk mencegah air ketuban keluar dalam jumlah lebih banyak. Sementara itu, lapisan kantung yang sebelumnya terbuka pun akan menutup kembali. Cairan ketuban akan dibentuk kembali oleh amnion, sehingga janin bisa tumbuh lebih matang lagi.
4. Untuk sementara waktu, berhentilah melakukan hubungan seksual bila ada indikasi yang menyebabkan ketuban pecah dini, seperti mulut rahim yang lemah.
5. Begitu mengetahui ada rembesan cairan dari vagina segera gunakan pembalut yang dapat menyerap air ketuban. Penggunaan pembalut ini pun berguna untuk memudahkan Anda membedakan cairan ketuban dengan cairan lain dari bau serta warnanya.
Ketuban Pecah, Maka Bayi Lahir…
Menurut Riyana, ada tiga pilihan persalinan ketika ketuban pecah:
- Bila ketuban pecah, sebagian besar akan merangsang terjadinya persalinan. Jika kontraksi itu baik dan diikuti dengan pembukaan rahim, maka persalinan bisa dilakukan secara normal. Tentu saja detak jantung bayi akan dipantau, mengingat risiko terjadinya kompresi pada tali pusat.
- Jika ketuban pecah tidak memicu persalinan atau berisiko terjadinya infeksi - tidak lebih dari 12 jam -, maka dilakukan induksi persalinan.
- Persalinan dengan cesar menjadi pilihan, bila tidak ada kemajuan persalinan. Artinya, terjadi kegawatan pada janin atau penyulit lainnya, tanda-tanda infeksi, seperti demam, ketuban berbau.
SERBA SERBI KEHAMILAN, WASPADAI SAAT KETUBAN MEREMBES, Tips Mencegah Infeksi Saat Hamil, Manfaat Ketuban, Pertolongan Pertama Saat Ketuban Merembes,Tips Menjaga Kesehatan Saat Hamil
0 comments:
Post a Comment