MEKANISME PEMBATASAN BBM BERSUBSIDI AKAN DIBERLAKUKAN MEI 2012 | 1.500 CC Ke Atas Dilarang Minum Premium. Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik menyatakan pemerintah akan segera melakukan pengendalian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada Mei mendatang. Salah satu caranya adalah dengan melakukan melarang mobil berkapasitas mesin diatas 1.500 cc untuk menggunakan BBM subsidi. Baca juga SPESIFIKASI HARGA BAJAJ PULSAR 200 NS TERBARU Bajaj Daftarkan Pulsar 200 NS di Indonesia dan KONVERSI BBM BERSUBSIDI UNTUNGKAN PERUSAHAAN BBM ASING | Menurut Pengurus YLKI Benarkan Untungnya BBM Asing Bertajuk" BBM Bikin Aku Galau"
"Pengendalian sedang kita finalkan. Rencana adalah salah satunya cc (cylinder capacity). 1.500 cc ke bawah masih boleh, sedangkan 1.500 cc ke atas harus menggunakan bbm non subsidi," katanya saat ditemui wartawan di San Diego Hills, Karawang, Minggu 22 April 2012.
Menurut Wacik salah satu model pembatasan BBM bersubsidi adalah dengan menggunakan stiker. Nantinya mobil-mobil berkapasitas 1.500 cc ke bawah akan diberikan stiker oleh polisi. Pemberian stiker ini bisa dilakukan saat mau memperpanjang STNK ataupun dibagikan saat peraturan tersebut efektif dimulai.
Menurutnya kapasitas mobil memang tidak persis 1.500 cc, namun Ia memastikan mobil-mobil 1.500 cc ke bawah seperti 1.490 cc masih diperbolehkan menggunakan bbm bersubsidi. Saat ini pemerintah sedang memikirkan bagiamana caranya untuk mengendalikan BBM di lapangan.
Pemerintah telah mengucurkan dana sekitar Rp400 miliar kepada BPH Migas untuk mengawasi cara pengendalian BBM, termasuk mengawasi adanya stiker-stiker palsu. "Orang Indonesia ini kreatif, stiker dipalsu, makanya BPH Migas kita tambah dana untuk pengendalian di lapangan," katanya.
Ia menjelaskan rencananya pada 24 April 2012 mendatang akan diumumkan mekanisme pembatasan, dan selama seminggu kemudian pemerintah akan memulai sosialisasi.
Langkah pembatasan diambil karena pemerintah belum bisa menaikkan harga BBM bersubsidi pada 1 April 2012 lalu. Jika tidak, anggaran subsidi BBM diperkirakan akan jebol pada Oktober nanti. "Ini karena BBM nggak boleh naik. Kalau boleh naik, sudah separuh pekerjaan kita selesai. Menaikkan harga memang paling mudah. BBM tinggal dijual Rp 6.000 per liter. Kalau boleh naik kemarin sudah ringan kita," dia mengeluh.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa pernah menjelaskan jika kenaikan harga dan pembatasan tidak dijalankan maka subsidi energi bisa mencapai Rp300 triliun. Padahal, dana subsidi itu kebanyakan digunakan oleh kalangan menengah ke atas, bukan masyarakat miskin.
"Rela tidak kalau BBM subsidi habis untuk mereka yang seharusnya mampu untuk beli BBM non subsidi?" katanya.
Hatta juga mengaku bingung dengan berbagai kritik terhadap rencana pemerintah mengendalikan pemakaian BBM bersubsidi. "Menaikkan BBM nggak boleh, mau pembatasan dikritik. Lalu, kita mau apa?" dia mempertanyakan.
Pengamat ekonomi Ikhsan Modjo memprediksi jika masyarakat tidak melakukan penghematan dalam pengunaan BBM, maka tidak menutup kemungkinan di tahun 2014 konsumsi BBM akan melonjak mencapai 80 juta KL.
"Tahun 2010 itu 20 juta KL, sekarang sudah 40 juta KL, di 2013 bisa saja akan menjadi 60 juta KL, dan di 2014 bisa mencapai 80 juta KL. Makanya, perlu dilakukan pengendalian BBM," kata Ikhsan.
Menurut dia, pembatasan atau pengendalian BBM merupakan salah satu pilihan yang rasional, setelah opsi kenaikan harga BBM bersubsidi ditolak DPR akhir Maret lalu. "Jika ini dilakukan maka penataan distribusi akan lebih mudah dan bagus," ujarnya.
Ikhsan juga mengingatkan bahwa kebijakan tersebut sudah ada dalam undang-undang. Jadi, tidak ada lagi alasan untuk tidak menerapkannya. "UU APBN sudah jelas untuk pembatasan dari tahun 2009 sampai dengan sekarang. Itu membuat pemerintah berhak melakukan kebijakan pengendalian BBM," ujarnya.
Disorot Bank Dunia
Kebijakan subsidi BBM di Indonesia yang lebih banyak menguntungkan warga kelas menengah atas disorot oleh World Bank (Bank Dunia). Dalam laporannya, dinyatakan pemilik mobil yang menggunakan 50 liter BBM bersubsidi per minggu menerima manfaat sekitar Rp1,115 juta per bulan. Angka itu 10 kali lebih besar dari yang diterima pemilik sepeda motor, sebesar hanya Rp111 ribu, yang menggunakan hanya 5 liter per minggu.
Sementara itu, rumah tangga miskin yang tidak memiliki mobil atau sepeda motor sangat sedikit menikmati manfaat secara langsung. Mereka sekadar menerima manfaat secara tidak langsung dari lebih rendahnya biaya transportasi umum yang menggunakan BBM bersubsidi.
Bank Dunia menyaakan mobil pribadi merupakan peminum BBM bersubsidi terbesar, mencapai 53 persen dari total kuota yang disediakan pemerintah.
Avanza-Xenia
Bila aturan pembatasan diterapkan, mobil-mobil terlaris di Indonesia, seperti Avanza dan Xenia, masih bisa minum Premium. Toyota Avanza memiliki kapasitas mesin 1.300-1.500 cc sedangkan Daihatsu Xenia 1.000-1.300 cc. Mobil lain di bawah 1.500 cc adalah Suzuki Splash, Kia Picanto, Nissan March, dan masih banyak lagi mobil-mobil laris lain.
Head Domestic Marketing Divison, Astra Daihatsu Motor (ADM), Rio Sanggau, mengatakan penggunaan BBM non subsidi seperti Pertamax sesungguhnya bisa lebih menyehatkan mobil. Sebab, secara teknis, desain mobil berkapasitas di atas 1000 cc saat ini dirancang mengunakan bahan bakar dengan Research Octane Number (RON) di atas 90. Patut dicatat, nilai RON Premium cuma 88, sedangkan Pertamax 92.
Xenia, contohnya, sebenarnya harus menggunakan Pertamax. Sebab, jika tidak, akan mengganggu performa mesin. "Dengan Pertamax pembakaran akan lebih sempurna," kata Rio.
Hal ini merupakan bagian dari upaya Daihatsu menyambut standar gas buang atau emisi Euro 3 pada 2014. Euro 3 merupakan salah satu standar emisi hidrokarbon dan karbon monoksida bagi kendaraan baru yang dapat diterima di negara-negara Uni Eropa. Selama ini pemerintah baru menerapkan standar Euro 2.
Managing Director Ford Motor Indonesia Bagus Susanto juga mengatakan seluruh produk Ford saat ini juga sudah mengharuskan menggunakan Pertamax. "Kalau mereka menggunakan Premium bisa saja, tapi ada yang dikorbankan. Salah satunya adalah faktor performa. Kemungkinan kedua jika diteruskan, ada faktor ngelitik atau knocking di mesin," katanya.
Kepala Bengkel Plaza Toyota, Parman Suanda, mengatakan perlunya penggunaan Pertamax sangat beralasan. Sebab, jika bahan bakar yang digunakan beroktan rendah, otomatis akan mengurangi kemampuan mesin.
Oktan di BBM adalah angka yang menunjukkan berapa besar tekanan maksimum yang bisa diberikan di dalam mesin, sebelum bensin terbakar secara spontan. Jadi, semakin kecil angka oktannya, semakin lama bensin terbakar spontan. Pembakaran yang tidak spontan ini yang menimbulkan gejala ngelitik di mesin.
Jika penggunaan kadar oktan yang tidak sesuai itu dilakukan terus menerus, dapat menyebabkan piston menjadi bolong, karena mesin selalu menghadapi masalah knocking setiap kali bekerja. Terlebih, ketika mobil dipaksa berakselerasi untuk mendahului kendaraan lain dan sering digunakan untuk perjalanan jarak jauh. "Efeknya baru akan terlihat dalam jangka panjang," dia mengingatkan.
MEKANISME PEMBATASAN BBM BERSUBSIDI AKAN DIBERLAKUKAN MEI 2012, 1.500 CC Ke Atas Dilarang Minum Premium, Model Pembatasan BBM Subsidi Dengan Stiker, Pembatasan BBM Premium, Mesin Mobil 1500 CC Dilarang Membeli Premium, Bahan Bakar Minyak, Jenis Mobil Yang Boleh BBM Premium, Jenis Mobil Yang Wajib Pakai Pertamax, Harga Pertamax, Peraturan Pemakaian BBM Premium
"Pengendalian sedang kita finalkan. Rencana adalah salah satunya cc (cylinder capacity). 1.500 cc ke bawah masih boleh, sedangkan 1.500 cc ke atas harus menggunakan bbm non subsidi," katanya saat ditemui wartawan di San Diego Hills, Karawang, Minggu 22 April 2012.
Menurut Wacik salah satu model pembatasan BBM bersubsidi adalah dengan menggunakan stiker. Nantinya mobil-mobil berkapasitas 1.500 cc ke bawah akan diberikan stiker oleh polisi. Pemberian stiker ini bisa dilakukan saat mau memperpanjang STNK ataupun dibagikan saat peraturan tersebut efektif dimulai.
Menurutnya kapasitas mobil memang tidak persis 1.500 cc, namun Ia memastikan mobil-mobil 1.500 cc ke bawah seperti 1.490 cc masih diperbolehkan menggunakan bbm bersubsidi. Saat ini pemerintah sedang memikirkan bagiamana caranya untuk mengendalikan BBM di lapangan.
Pemerintah telah mengucurkan dana sekitar Rp400 miliar kepada BPH Migas untuk mengawasi cara pengendalian BBM, termasuk mengawasi adanya stiker-stiker palsu. "Orang Indonesia ini kreatif, stiker dipalsu, makanya BPH Migas kita tambah dana untuk pengendalian di lapangan," katanya.
Ia menjelaskan rencananya pada 24 April 2012 mendatang akan diumumkan mekanisme pembatasan, dan selama seminggu kemudian pemerintah akan memulai sosialisasi.
Langkah pembatasan diambil karena pemerintah belum bisa menaikkan harga BBM bersubsidi pada 1 April 2012 lalu. Jika tidak, anggaran subsidi BBM diperkirakan akan jebol pada Oktober nanti. "Ini karena BBM nggak boleh naik. Kalau boleh naik, sudah separuh pekerjaan kita selesai. Menaikkan harga memang paling mudah. BBM tinggal dijual Rp 6.000 per liter. Kalau boleh naik kemarin sudah ringan kita," dia mengeluh.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa pernah menjelaskan jika kenaikan harga dan pembatasan tidak dijalankan maka subsidi energi bisa mencapai Rp300 triliun. Padahal, dana subsidi itu kebanyakan digunakan oleh kalangan menengah ke atas, bukan masyarakat miskin.
"Rela tidak kalau BBM subsidi habis untuk mereka yang seharusnya mampu untuk beli BBM non subsidi?" katanya.
Hatta juga mengaku bingung dengan berbagai kritik terhadap rencana pemerintah mengendalikan pemakaian BBM bersubsidi. "Menaikkan BBM nggak boleh, mau pembatasan dikritik. Lalu, kita mau apa?" dia mempertanyakan.
Pengamat ekonomi Ikhsan Modjo memprediksi jika masyarakat tidak melakukan penghematan dalam pengunaan BBM, maka tidak menutup kemungkinan di tahun 2014 konsumsi BBM akan melonjak mencapai 80 juta KL.
"Tahun 2010 itu 20 juta KL, sekarang sudah 40 juta KL, di 2013 bisa saja akan menjadi 60 juta KL, dan di 2014 bisa mencapai 80 juta KL. Makanya, perlu dilakukan pengendalian BBM," kata Ikhsan.
Menurut dia, pembatasan atau pengendalian BBM merupakan salah satu pilihan yang rasional, setelah opsi kenaikan harga BBM bersubsidi ditolak DPR akhir Maret lalu. "Jika ini dilakukan maka penataan distribusi akan lebih mudah dan bagus," ujarnya.
Ikhsan juga mengingatkan bahwa kebijakan tersebut sudah ada dalam undang-undang. Jadi, tidak ada lagi alasan untuk tidak menerapkannya. "UU APBN sudah jelas untuk pembatasan dari tahun 2009 sampai dengan sekarang. Itu membuat pemerintah berhak melakukan kebijakan pengendalian BBM," ujarnya.
Disorot Bank Dunia
Kebijakan subsidi BBM di Indonesia yang lebih banyak menguntungkan warga kelas menengah atas disorot oleh World Bank (Bank Dunia). Dalam laporannya, dinyatakan pemilik mobil yang menggunakan 50 liter BBM bersubsidi per minggu menerima manfaat sekitar Rp1,115 juta per bulan. Angka itu 10 kali lebih besar dari yang diterima pemilik sepeda motor, sebesar hanya Rp111 ribu, yang menggunakan hanya 5 liter per minggu.
Sementara itu, rumah tangga miskin yang tidak memiliki mobil atau sepeda motor sangat sedikit menikmati manfaat secara langsung. Mereka sekadar menerima manfaat secara tidak langsung dari lebih rendahnya biaya transportasi umum yang menggunakan BBM bersubsidi.
Bank Dunia menyaakan mobil pribadi merupakan peminum BBM bersubsidi terbesar, mencapai 53 persen dari total kuota yang disediakan pemerintah.
Avanza-Xenia
Bila aturan pembatasan diterapkan, mobil-mobil terlaris di Indonesia, seperti Avanza dan Xenia, masih bisa minum Premium. Toyota Avanza memiliki kapasitas mesin 1.300-1.500 cc sedangkan Daihatsu Xenia 1.000-1.300 cc. Mobil lain di bawah 1.500 cc adalah Suzuki Splash, Kia Picanto, Nissan March, dan masih banyak lagi mobil-mobil laris lain.
Head Domestic Marketing Divison, Astra Daihatsu Motor (ADM), Rio Sanggau, mengatakan penggunaan BBM non subsidi seperti Pertamax sesungguhnya bisa lebih menyehatkan mobil. Sebab, secara teknis, desain mobil berkapasitas di atas 1000 cc saat ini dirancang mengunakan bahan bakar dengan Research Octane Number (RON) di atas 90. Patut dicatat, nilai RON Premium cuma 88, sedangkan Pertamax 92.
Xenia, contohnya, sebenarnya harus menggunakan Pertamax. Sebab, jika tidak, akan mengganggu performa mesin. "Dengan Pertamax pembakaran akan lebih sempurna," kata Rio.
Hal ini merupakan bagian dari upaya Daihatsu menyambut standar gas buang atau emisi Euro 3 pada 2014. Euro 3 merupakan salah satu standar emisi hidrokarbon dan karbon monoksida bagi kendaraan baru yang dapat diterima di negara-negara Uni Eropa. Selama ini pemerintah baru menerapkan standar Euro 2.
Managing Director Ford Motor Indonesia Bagus Susanto juga mengatakan seluruh produk Ford saat ini juga sudah mengharuskan menggunakan Pertamax. "Kalau mereka menggunakan Premium bisa saja, tapi ada yang dikorbankan. Salah satunya adalah faktor performa. Kemungkinan kedua jika diteruskan, ada faktor ngelitik atau knocking di mesin," katanya.
Kepala Bengkel Plaza Toyota, Parman Suanda, mengatakan perlunya penggunaan Pertamax sangat beralasan. Sebab, jika bahan bakar yang digunakan beroktan rendah, otomatis akan mengurangi kemampuan mesin.
Oktan di BBM adalah angka yang menunjukkan berapa besar tekanan maksimum yang bisa diberikan di dalam mesin, sebelum bensin terbakar secara spontan. Jadi, semakin kecil angka oktannya, semakin lama bensin terbakar spontan. Pembakaran yang tidak spontan ini yang menimbulkan gejala ngelitik di mesin.
Jika penggunaan kadar oktan yang tidak sesuai itu dilakukan terus menerus, dapat menyebabkan piston menjadi bolong, karena mesin selalu menghadapi masalah knocking setiap kali bekerja. Terlebih, ketika mobil dipaksa berakselerasi untuk mendahului kendaraan lain dan sering digunakan untuk perjalanan jarak jauh. "Efeknya baru akan terlihat dalam jangka panjang," dia mengingatkan.
MEKANISME PEMBATASAN BBM BERSUBSIDI AKAN DIBERLAKUKAN MEI 2012, 1.500 CC Ke Atas Dilarang Minum Premium, Model Pembatasan BBM Subsidi Dengan Stiker, Pembatasan BBM Premium, Mesin Mobil 1500 CC Dilarang Membeli Premium, Bahan Bakar Minyak, Jenis Mobil Yang Boleh BBM Premium, Jenis Mobil Yang Wajib Pakai Pertamax, Harga Pertamax, Peraturan Pemakaian BBM Premium
No comments:
Post a Comment