Faktor internal biasanya merupakan bawaan lahir. Sedangkan faktor eksternal adalah dukungan atau dorongan lingkungan terhadap si anak, termasuk dorongan untuk mencoba.
Salah satu faktor internal adalah temperamen, yaitu karakteristik dari anak yang dapat memengaruhi si anak bereaksi dan merespons orang lain, lingkungan, dan berbagai benda yang ditemui.
3 temperamen
Temperamen anak dibedakan menjadi tiga, yakni mudah (easy child), lambat (slow warmer child), dan sulit (difficult child). Temperamen ini dapat diamati sejak bayi. Contoh, anak yang memiliki temperamen sulit, umumnya juga sulit diperkenalkan dengan makanan-makanan baru semenjak bayi.
Anak bertemperamen mudah akan mudah tertawa, mudah beradaptasi terhadap suatu perubahan atau lingkungan baru, dan mampu melakukan rutinitas saat bayi dengan baik. Ketika diminta mencoba sesuatu yang baru, anak dengan berani akan melakukannya. Demikian pula ketika beradaptasi menghadapi sebuah perubahan.
Anak bertemperamen lambat membutuhkan waktu untuk dapat menerima sebuah perubahan alias tak mudah dalam menerima sebuah perubahan. Ketika diminta untuk mencoba sesuatu yang baru, anak tidak segera mau. Biasanya ia melakukan pengamatan terlebih dahulu. Setelah merasa nyaman dan aman, barulah ia mau untuk mencoba sesuatu yang baru itu.
Anak bertemperamen sulit kerap menolak perubahan, sulit beradaptasi, dan cenderung bersikap moody. Umumnya, anak akan sulit atau bahkan tidak mau (berani) untuk mencoba sesuatu yang baru.
Sedangkan kalau faktor eksternal lebih kepada dorongan dan dukungan kepada si kecil untuk mencoba. Salah satu faktor eksternal yang memengaruhi keberanian anak untuk mencoba adalah kelekatan anak dengan orangtuanya.
Pertiwi Anggraeni, MPsi, psikolog anak dan pengajar di Universitas Tama Jagakarsa Jakarta menjelaskan kelekatan yang terjalin dengan baik dapat membentuk rasa aman dalam diri si anak. Rasa aman ini ditunjukkan oleh anak dengan memercayai orang-orang yang berada dalam lingkungan terdekatnya.
Selanjutnya, ketika anak memiliki rasa aman kepercayaan dirinya akan tumbuh. Inilah yang menjadi pendorong anak untuk berani mencoba sesuatu yang baru. Sebaliknya, pada anak yang tidak memiliki keberanian untuk mencoba, bila ditelusuri, penyebabnya adalah anak tidak memiliki rasa aman terhadap lingkungan terdekatnya.
Kelekatan antara orangtua dan anak ini tentunya tidak terbentuk secara instan. Ini telah terjalin semenjak anak masih bayi. Bayi yang mendapat respons tepat dari orangtua dan orang terdekat di lingkungannya, umumnya memiliki rasa percaya dengan orangtua atau orang terdekatnya itu, sehingga ia mampu membentuk rasa aman terhadap lingkungan terdekatnya.
Kelekatan itu dapat terbentuk bila orangtua mampu memahami dan memenuhi keinginan si bayi. Misal, ketika bayi menangis dengan nada panjang sebagai tanda haus, orangtua langsung memberikan respons dengan menyodorkan ASI. Anak merasa nyaman dan percaya karena orangtua tahu akan kebutuhannya.
Dampingi anak
Lalu, bagaimana cara menstimulasi agar anak memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu yang baru? Langkah pertama, hendaknya orangtua mampu menumbuhkan rasa aman terlebih dahulu. Caranya, dengan mendampingi anak ketika ia mau mencoba sesuatu yang baru. Berikan semangat kepada anak agar mau mencoba.
Pilihan lainnya, dengan mengajak teman-temannya bermain bersama. Minta si kecil mengamati teman-temannya yang sedang bermain. Selanjutnya, minta ia mencobanya sendiri. Bila perlu, orangtua juga terlibat dan bila memungkinkan dapat memberikan contoh langsung. Berikan penjelasan kepada si buah hati, selama mengikuti aturan dan rambu-rambu keamanan yang sudah dipersiapkan, niscaya tidak akan terjadi apa-apa. Kata-kata itu umumnya dapat memunculkan keberaniannya. Lakukan aktivitas ini berulang-ulang.
Satu hal yang patut dicermati orangtua, jangan bosan mendampingi anak untuk mencoba melakukan sesuatu yang baru. Bagi anak dengan temperamen sulit dan lambat memang membutuhkan waktu untuk memunculkan keberaniannya. Berbeda dengan anak bertemperamen mudah yang lebih cepat dan berani mencoba. Sebaiknya orangtua lebih bersabar dalam mendampingi.
Agar anak lebih termotivasi, ingatlah untuk memberikan penghargaan. Penghargaan berupa pelukan, pujian atau sesuatu yang lebih istimewa, umumnya mendorong si kecil untuk lebih berani.
Tidak memaksa
Bila berbagai cara sudah dicoba, namun anak belum berani juga, sebaiknya telusuri penyebabnya. Ajaklah si kecil berkomunikasi, mengapa ia menolak permainan itu. Masuk usia tiga tahun, anak umumnya sudah mampu menyampaikan yang dirasakan. Selanjutnya, tugas orangtua adalah memberikan pengertian kepada anak agar kekhawatiran yang dirasakan dapat terselesaikan.
Orangtua juga sebaiknya tidak memaksakan keinginan kepada anak. Ketika si kecil tidak berani mencoba permainan perosotan, alihkan dengan permainan sejenis yang memberikan manfaat sama seperti palang bertingkat, papan berjungkit dan lainnya. Anak akan senang dan manfaat untuk menstimulasi perkembangannya pun didapat. Pemaksaan terhadap anak justru menimbulkan pengalaman tidak menyenangkan bagi si kecil.
PANDUAN ORANGTUA MENUMBUHKAN KEBERANIAN PADA ANAK, Siasat Agar Si Kecil Lebih Berani, Faktor-faktor yang Membuat Anak Berani Mencoba Hal baru, Cara Menstimulasi Anak Agar Memiliki Keberanian Mencoba Hal yang Baru
0 comments:
Post a Comment